SEARCH

Translate

11/01/13

Puisi

karya : eko kuntara



LAUT


Kududuk ditepi pantai
Kupandang lepas ketengah laut
Biru... biru warna airmu
Gemuruh suara ombakmu


Angin laut menerpa wajahku
Hingga menusuk sanubariku
Tuhan... betapa indah ciptaanmu
Hingga aku tak kuasa menahan haru.

09/01/13

Puisi

Karya : Eko Kuntara



MUNGKIN


Mungkin, kamu memang tulang rusukku
Mungkin, kamu memang jodohku
Mungkin, kamu memang ibu dari anak-anakku
Mungkin, kamu memang bidadari yang dianugerahkan kepadaku

Mungkin, kita berdua ditakdirkan bersama
Mungkin, kita berdua ditakdirkan untuk selamanya
Mungkin kita berdua ditakdirkan saling mencinta
Walau terbentang jarak antara kita

Demi waktu . . . . . .
Sejak dulu sampai sekarang perasaan itu 
Perasaan itu tidak akan pernah berubah
Walau kita terpisah jarak

Walau kita terpisah dengan keadaan
Saat ini, detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini bahkan seumur hidupku
Aku akan selalu menyayangimu
Aku akan selalu menjagamu

Hingga akhir hayat menjemputku.

08/01/13

Resume Buku


RESUME 8 KALIMAT Al-Thayyibah
Ringan di Lisan Berat di Timbangan Amal

Judul Buku                  :  8 KALIMAT Al-Thayyibah (Ringan di Lisan Berat di Timbangan Amal)
Jenis Buku                   :  Agama
Pengarang                   :  M. Fauzi Rachman
Penerbit                       :  Mizan (PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI)
Cetakan                       :  I, Desember 2008/Dzulhijjah 1429 H
Halaman Buku            : 186 Halaman
Panjang Buku              : 19 cm
Tebal Buku                  : 1 cm
Harga Buku                 : Rp 5000,00

Isi Buku
Bab 1                    BASMALAH
1.             Makna Isim dan Allah
Keutamaan basmalah itu meliputi segala bentuk tasmiyah, yaitu menyebut nama Allah baik dengan ucapan bismillah atau bismillahirrahmanirrahim.
Kata isim diambil dari kata al-sumuww yang berarti “tinggi”, atau al-simah yang berarti “tanda”. Jadi sebuah nama itu menjadi tanda bagi sesuatu yang harus dijunjung tinggi.
Menurut Allamah Thabathaba’i, preposisi “bi” dalam bismilah mempunyai hubungan dengan kata “aku memulai” maknanya memulai pembicaraan dengan-Nya.
Imam Al-Qurthubi mengungkapkan, “para ulama menjelaskan bahwa “bismillahirrahmanirrahim merupakan sumpah dari Tuhan kita yang diturunkan pada awal setiap surah, untuk menunjukan kepada para hamba-Nya bahwa yang diturunkan oleh Allah dalam surah ini adalah kebenaran dan Allah menjamin akan memberikan segala janji, kasih sayang, dan kebaikan yang Allah paparkan dalam surah ini.”
Banyak sekali yang berpendapat tetapi saya Cuma mengambil 1 perkataan ulama saja.
2.             Makna Al-Rahman dan Al-Rahim
Di dalam Al-Qur’an kata Al-Rahman terulang sebanyak 57 kali, sedangkan Al-Rahim sebanyak 95 kali. Ulama berpendapat bahwa kata Al-Rahman dan Al-Rahim keduanya terambil dari akar kata yang sama, yakni “rahmat”, ada juga yang berpendapat bahwa kata Al-Rahman tidak berakar kata, dan karena itu pula­­_lanjut mereka_orang-orang musyrik tidak mengenal siapa Al-Rahman. Terbukti dalam firman-Nya, Apabila diperintahkan kepada mereka sujudlah kepada Al-Rahman, mereka bertanya, “siapakah Al-Rahman itu? Apakah kami bersujud kepada sesuatu yang engkau perintahkan kepada kami?” perintah ini menambah mereka menjauhi diri dari keimanan (QS Al-Furqan [25]: 60).
“Nama `Allah` menunjukan bahwa Dialah yang merupakan ma`luh (yang disembah) dan ma`bud (yang diibadahi). Seluruh mahluk beribadah kepada-Nya dengan penuh kecintaan, pengagungan, dan ketundukan.”Ibn Al-Qayyim dan Al-Jauziyyah.
3.             Kekuatan Basmalah
Basmalah mempunyai kekuatan dalam kehidupan. Tetapi adakalanya Rasulullah tidak mengucapkan bismillahirrahmanirrahim.kemudian beliau juga langsung menyebut kata Allah tanpa menyisipkan kata isim.
Salah satu do’a beliau adalah:
Ya Allah, dengan Engkau aku memasuki waktu pagi dan petang. Yakni, dengan kekuasaan-Mu, kami memasukinya.
Sebelum tidur beliau berdoa:
Dengan nama-Mu, ya Allah, aku tidur dan bangun. Yakni, demi karena Engkau Aku hidup dan mati. Doa ini sejalan dan semakna dengan perintah-Nya, Katakanlah, “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam” (QS Al-An’am [6] 162)
“Barang siapa yang membaca bismillahirrahmanirrahim sebanyak 21 kali ketika hendak tidur, insya Allah aman sentosa pada malam itu dari gangguan setan, dari mati secara terkejut, dan dari kejahatan manusia seperti pencuri dan lain-lain.” Rasulullah Saw
4.             Meneladani Basmalah dalam Kehidupan
Jika Anda ingin meneladani basmalah ini, terlebih dahulu Anda harus menyadari bahwa seluruh isim (nama) adalah milik Allah, Hanya milik Allah Al-Asma Al-Husna (nama-nama yang baik)... (QS Al-A’raf [7]: 180)
“Berakhlaklah dengan akhlak Allah,” dinyatakan oleh sementara ulama sebagai sabda Nabi Muhammad Saw. Salah satu dari definisi agama/keberagamaan adalah “upaya meneladani Tuhan dalam sifat-sifat-Nya”. Allah Swt bersifat azaly dan qadim, serta memiliki kesempurnaan mutlak, berbeda dengan makhluk.
Para pakar tasawuf berpendapat bahwa keberhasilan meneladani Tuhan dalam nama-nama-Nya diraih dengan bertahap:
a.              Meningkatkan makrifat melalui pengetahuan dan ketakwaan.
b.             Membebaskan diri dari perbudakan syahwat dan hawa nafsu.
c.              Menyucikan jiwa dengan jalan berakhlak dengan akhlak Allah.
Memang banyak pekerjaan yang dilakukan seseorang, bahkan boleh jadi pekerjaan besar, tetapi tidak berbekas sedikit pun serta tidak ada manfaatnya bukan hanya di akhirat kelak, di dunia pun ia tidak bermanfaat. Allah Swt. Berfirman, kami hadapi hasil karya mereka kemudian kami jadikan ia (bagaikan) debu yang berterbangan (sia-sia belaka) (QS Al-Furqan [25]: 23).

Bab   2        TASBIH
1.            Makna Subhanallah
Kata tasbih berasal dari kata sabaha, yang berarti berjalan cepat. Ia merupakan bentuk turunan sabaha – yasbahu – sabahatan. Sabahah bisa terjadi di air (renang) dan di udara (terbang), sebagaimana disebutkan dalam firman Allah, dan masing-masing beredar pada garis edarnya (QS Ya Sin [36]: 40). Sementara itu, tasbih dalam konteks ibadah adalah menyucikan Allah Swt.
Kata tasbih juga bisa berasal dari sabaha yang berarti jauh dan tinggi. Maksudnya adalah jauh daru segi ungkapan dan tingkatan yang memiliki arti tinggi. Jadi kata subhanallah mengandung arti ketinggian dan kesucian maqam Allah dari segenap kekurangan.
Tasbih bisa dengan ucapan dan bisa dengan amal, dan bisa dengan kedua-duanya. Karena itu, shalat disebut tasbih sebagaimana dalam firman-Nya, maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari kebangkitan – QS Al-Shaffat [37]: 143-144
2.             Kisah Nabi Yunus a.s. dan Kalimat Tasbih
Kisah nabi yunus a.s. dinyatakan dalam Al-Quran, Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika iya pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maksud Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim” (QS Al-Anbiya [21]: 87)
3.             Kekuatan Tasbih
Zikir dengan kalimat-kalimat tasbih amatlah beragam. Tujuannya adalah upaya menyucikan allah dari segala macam keburukan.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “ada dua kalimat yang ringan diucapkan, tetapi berat dalam timbangan dan disukai oleh Tuhan Yang Maha Pemurah.
4.             Meneladani Tasbih dalam Kehidupan
Kini kita bertanya apakah buah dari upaya manusia meneladani sifat kesucian Allah itu? Jika kita memahami kesucian dalam arti yang dikemukakan Imam Al-Ghazali – kesucian seseorang hamba adalah dengan menyucikan kehendak dan pengatahuannya. Pengetahuannya disucikan sehingga pandangan dan pengetahuannya berkisar pada persoalan-persoalan keabadian. Ia hendaknya bebas dari persoalan-persoalan yang bersifat indriawi atau imajinatif.

Bab   3        TAHMID



Makalah B. Indonesia


“KEBAHASAAN DAN KESALAHAN UMUM DALAM BERBAHASA”
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas dari MKDU B. Indonesia


Disusun oleh:
1.      Eko Kuntara                     (1200685)
2.      Febriani Tami                    (1206568)
3.      Feisal Ramadhan              (1205512)
4.      Lia Nuraeni                       (1200369)
5.      Lies Wahyuni                   (1202444)

Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012




KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, dan atas rahmat taufik dan hidayah-Nya kami telah menyelesaikan penyusunan makalah yang judul “Kebahasaan dan kesalahan-kesalahan Berbahasa”.  Yang merupakan tugas mata kuliah B. Indonesia FPIPS jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia.
Atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada ibu selaku dosen mata kuliah Universitas Pendidikan Indonesia yang telah banyak memberikan bimbingan kepada kami dan umumnya kepada seluruh handai taulan yang telah banyak membantu terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak, demi perbaikan dalam penyusunan-penyusunan kami di masa yang akan datang.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca sekalian.

                                   

                                                                                                                                                                                                                        Penyusun,



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................  i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB    I           PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .................................................................................. 1
B.     Tujuan Penulisan Masalah ................................................................ 1
C.     Sistematika Penulisan ....................................................................... 1
D.    Manfaat Penulisan Makalah .............................................................. 2
BAB    II         PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bahasa ............................................................................. 3
B.     Ragam Bahasa .................................................................................. 3
C.     Kebahasaan ....................................................................................... 4
D.    Kesalahan dalam Berbahasa ............................................................. 11
E.     Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia ....................................... 15
BAB    III        PENUTUP
A.    Kesimpulan ...................................................................................... 17
B.     Saran ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18





 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Berbahasa merupakan kebutuhan manusia, sebagai media untuk berkomunikasi. Namun, dalam berbahasa banyak kesalahan-kesalahan yang tanpa disadari keluar dari kaidah-kaidah bahasa Indonesia itu sendiri. Kesalahan tersebut timbul dari kekeliruan, lalu tumbuh menjadi kebiasaan.
Kurangnya pemahaman terhadap tata bahasa yang sebenarnya juga menjadi penyebab utama timbulnya kesalahan penggunaan bahasa. Selain itu, percampuran bahasa ibu juga mempengaruhi kebahasaan. Seseorang yang mempunyai dua bahasa cenderung mencampur adukan bahasa ibunya dengan bahasa Indonesia, hal ini disebut interferensi. Sehingga mengacaukan bahasa Indonesia. Maka dari itu hindari interferensi bahasa dalam berbahasa karena melihat dampaknya yang begitu besar bagi bahasa Indonesia.
B.     Tujuan penulisan makalah
a.       Untuk memberi pemahaman tentang kebahasaan.
b.      Meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa.
C.    Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Sistematika Penulisan
Manfaat
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka
D.    Manfaat Penulisan Makalah
a.       Mengetahui apa itu kebahasaan
b.      Mengetahui macam ragam bahasa
c.       Mengetahui kesalahan-kesalahan umum dalam berbahasa
d.      Meminimalisir kesalahan dalam berbahasa




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
            Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran bahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dengan hal ini berbahasa yang baik dan benar. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi.
            Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas didalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk  berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
            Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.
B.     Ragam Bahasa
Ragam bahasa terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1.      Berdasarkan suasana
a.       Bahasa resmi, yaitu bahasa yang digunakan ketika acara-acara yang bersifat formal.
b.      Bahasa tidak resmi, yaitu bahasa yang digunakan dalam acara santai.
2.      Berdasarkan Penggunaan
a.       Bahasa baik dan benar, yaitu bahasa yang baik penggunaaannya dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
3.      Berdasarkan bidang penggunaan
a.       Bahasa ilmiah, yaitu bahasa yang digunakan dalam bidang keilmuan.
b.      Bahasa non ilmiah, yaitu bahasa yang digunakan di luar bidang keilmuan.
4.      Berdasarkan kebakuan
a.       Bahasa baku, yaitu bahasa yang susunan kalimatnya sesuai dengan kaidah-kaidah dan ketatabahasaan Indonesia.
b.      Bahasa tidak baku, yaitu bahasa yang susunan kalimatnya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah dan ketatabahasaan Indonesia.
C.   Kebahasaan
1.      Penghurufan
Maksud dari penghurufan disini, lebih kepada jenis huruf apa yang digunakan oleh bahasa Indonesia. Sama halnya dengan bahasa-bahasa lain yang mempunyai jenis huruf atau tulisan bahasanya. Bahasa Indonesia ditulis dalam huruf latin.
a.       Huruf Romawi
Berdiri tegak sebagai tulisan tangan dan tercetak. Hampir dapat digunakan dalam segala keperluan.
b.      Huruf Miring
Huruf miring biasanya disebut sebagai huruf italic. Tulisan miring ini biasanya digunakan ketika menulis surat lamaran pekerjaan. Tulisan miring lebih dinilai dari segi kesopanan.
c.       Huruf Kapital
Hururf kapital berdiri tegak dan biasanya digunakan untuk menulis judul. Namun, kegunaan huruf kapital selalu dapat dipergunakan dalam berbagai keperluan.
d.      Huruf Tebal
Huruf tebal yaitu huruf yang dibuat lebih pekat dari huruf lainnya. Kegunaan dari huruf tebal itu sendiri adalah untuk penulisan judul atau tajuk.
e.       Huruf Yunani
Huruf yunani digunakan dalam menulis Karya Ilmiah. Misalnya dalam matematika, lambang astronomi, istilah kimia atau kedokteran dan lain sebagainya.
2.      Pengejaan Kata
  1. Bahasa Indonesia telah memiliki kaidah penulisan (ejaan) yang telah dibakukan.
  2. Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
  3. Aturan EYD berlaku pula dalam penulisan hal-hal yang bersifat formal, termasuk dalam hal penulisan artikel ilmiah.
  4. Kecermatan dan kerapian pengejaan dapat menjadi penanda kecendikaan penulis.
  5. Penggunaan huruf, meliputi: huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan.
  6. Penggunaan huruf kapital dan huruf miring.
  7. Penulisan kata, meliputi: kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim
  8. Penulisan angka dan lambang  bilangan
  9. Penulisan unsur serapan
  10. Pemakaian tanda baca, mencakup: tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, garis miring, tanda penyingkat (apostrof)
3.      Pemenggalan Kata
1.             Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.         Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: ma-in, sa-at, bu-at. Sementara huruf diftong ai, au,dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misal: au-la bukan a-u-la.
Dalam majalah DERAP GURU ini ada satu kata yaitu daerah. Tertulis daer-ah. Jika mengacu pada pedoman di atas maka yang benar ialah da-e-rah. Ini sesuai dengan yang ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2005).
b.        Jika di tengah kata ada guruf konsonan termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misal: ba-pak, su-lit, la-wan, de-ngan.
Dari data, ada beberapa kesalahan berdasarkan ketentuan ini. Contoh:

den-gan——–> de-ngan            pal-ing——–>pa-ling
dap-at———-> da-pat              matem-atika—>ma-te-ma-ti-ka
kual-itas——-> ku-a-li-tas         sedik-it———>se-di-kit

Melihat banyaknya pemenggalan yang salah tersebut, perlu pembenahan, mengingat kesalahan tersebut ternyata diulang beberapa kali. Contohnya pada kata dengan, masing dan paling. Ketiga kata tersebut diulang lebih dari lima kali.
c.         Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misal: man-di, bang-sa, ap-ril.
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kata yang pemenggalannya salah. Contohnya:

pro-gram———>prog-ram
pent-ing————>pen-ting
Melihat ketentuan ini, mungkinkah kata dengan, pangan, sangat yang dipenggal menjadi den-gan, pan-gan, san-gat di DERAP GURU mengacu pada ketentuan ini? Bisa juga ya. Tetapi setelah penulis telusuri di kamus dan contoh serta ketentuan di EYD, maka kata-kata tersebut pemenggalannya mengikuti ketentuan 1b karena  ng yang bergandengan tidak dianggap sebagai konsonan yang dapat dipenggal tetapi sebagai gabungan huruf konsonan yang tidak pernah diceraikan. (lihat 1c).
d.        Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan yang kedua. Misal: bang-krut, ben-trok. Dalam penyimakan, tidak ditemukan kesalahan dalam pemenggalan kata dengan ketentuan 1d ini.
2.             Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misal: makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu.
Mengacu pada ketentuan 2, tentang imbuhan bisa dibagi menjadi dua yaitu awalan dan akhiran.
a.        Untuk awalan ada beberapa kesalahan di Majalah DERAP GURU, contohnya:
be-rasal———–>ber-asal
men-gajar———>meng-ajar
pen-ganggur——>peng-anggur
dim-ulai———–>di-mulai
Berdasarkan contoh kesalahan tersebut, bisa dimengerti bahwa kesalahan terbesar pemenggalan kata terjadi pada kata yang berimbuhan terutama awalan (lihat tabel 2)
b.      Untuk akhiran, ada ketentuan bahwa akhiran bisa dipenggal kecuali akhiran -i.
tahu-nan————->tahun-an
sambu-tan———–>sambut-an
uku-rannya————->ukur-annya

Contoh pemenggalan kata berakhiran -i.
Mengiku-ti————->meng-i-kuti
melebi-hi—————>me-le-bihi

Akan tetapi, pemenggalan kata dengan satu huruf vokal tidak berlaku pada sublema yang berawalan atau berakhiran. Contohnya, berurusan menjadi ber-u-rus-an. Begitu juga dengan kata yang mengandung satu bunyi vokal ditengah seperti puisi bisa dipenggal pu-i-si.
c.       Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai bagian dari kata dan tidak diperhitungkan sebagai satu kesatuan. Contoh: ge-me-tar, te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi.
Dalam kasus ini, hanya ada satu kata yang mendapatkan sisipan yaitu kata kinerja yang kata dasarnya kerja. Penulis mencoba mencarinya di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2005, akan tetapi tidak ditemukan sublema tersebut. Ternyata ditemukan kesalahan pemenggalan kata tersebut berdasarkan ketentuan di Pedoman EYD tersebut, yaitu kin-erja———> ki-ner-ja.
3.             Pemenggalan kata-kata tertentu yang berasal dari bahasa Arab yang mengandung ain atau hamzah yang didahului oleh konsonan seperti Alquran, bidah, jumat dan mutah dipenggal sebagai berikut: Al-qur-an, bid-ah, jum-at, mut-ah.(KBBI, 2005:xxvi). Jadi berbeda dengan ketentuan di atas yang terdapat dalam Pedoman EYD.
4.      Tanda Baca
Titik
.
Tanda tanya
?
Atau
/
Koma
,
Titik dua
:
Tanda kurung
()
Tanda kutip
Tanda penghubung
-
Tanda seru
!



5.      Pemilihan Kata (diksi)
  Pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai seorang pembi-cara atau penulis
  Fungsi kata melambangkan gagasan, baik  pelambangan yang bersifat  denotatif, konotatif, maupun figuratif
  Dalam sifatnya yang denotatif, hubungan antara kata dan hal yang dirujuk bersifat langsung dan satu berbanding satu.
  Dalam sifatnya yang konotatif, hubungan antara makna dan acuan berkenaan dengan nilai rasa.
  Dalam sifatnya yang figuratif, suatu kata dipakai untuk melambangkan acuan lain. Pemakaian kata seperti itu disebut bahasa bermajas (figurative language).
  Adanya potensi konotatif yang terkandung dalam kata-kata tertentu menyebabkan seorang penulis tidak dapat menggunakan kata secara serampangan dalam berbagai situasi.
   Dalam kaitan inilah pentingnya pilihan kata.
   Apalagi terdapat pula sejumlah kata yang pemakaian-nya ditentukan oleh struktur kalimat, sehingga pem-bicara atau penulis juga tidak dapat memilih secara asal-asalan.
  Pilihan kata pada hakikatnya merupakan salah satu unsur kebahasaan yang membentuk gaya, di samping struktur kalimat
  Tulisan yang baik juga memerlukan pilihan kata yang cermat dan tepat. Suatu
  Suatu pilihan kata dinyatakan tepat apabila kata itu mengungkapkan maksud penulis dengan secermat-cermatnya.
  Pilihan tersebut menunjukkan jangkauan makna dengan batas-batas yang jelas, sehingga kegandaan tafsir terhadapnya dapat dihindari.
6.      Penataan Kalimat
  Hakikat kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan yang dinyatakan melalui susunan subjek dan predikat secara logis.
  Tata kalimat merupakan seperangkat kaidah yang mendeskripsikan pemakaian kalimat.
  Dalam sebuah tulisan (karangan), kalimat merupakan satuan yang terkecil.
  Secara umum, fungsi kalimat untuk menjelaskan pikiran dan perasaan penulis.
  Jenis kalimat dapat dibeda-bedakan atau digolongkan berdasarkan fungsi, struktur tata bahasa, dan bentuk retoriknya.
  Dalam bahasa Indonesia terdapat enam pola dasar kalimat.
  Pola-pola ini harus dikuasai oleh penulis agar tulisannya terpelihara, terutama sekali dalam kaitannya dengan pengembangan gagasan
(1) KB1 + KB2 (Ani + guru)
(2) KB + KS (Ani + cantik)
(3) KB + KK (Ani + mengajar)
(4) KB1 + KK + KB2 (Ani + menulis + puisi)
(5) KB1 + KK + KB2 + KB3 (Ani + membelikan + saya + celana)
(6) KB1 + KD + KB2 (Ani + (di, ke, dari) + kelas)
  Menurut fungsinya, terdapat dua jenis kalimat yang sering dipakai dalam menulis karangan, yakni kalimat deklaratif dan kalimat interogatif.
  Kalimat deklaratif memiliki frekuensi pemakaian tertinggi dalam karangan ilmiah.
  Kalimat deklaratif  “menyatakan” sesuatu dengan lengkap pada waktu penulis menyampaikan informasi kepada sidang pembaca.
  Kalimat interogatif dalam suatu karangan ilmiah biasanya dipakai untuk merumuskan permasalahan yang akan dibahas.
  Kalimat yang secara gramatikal sudah baik belum tentu memuaskan jika dipertimbangkan dari sudut retorik.
  Untuk itu, unsur kalimat harus dikendalikan dan dikelompokkan; kata-kata harus dipilih secara tepat dan ditata, sehingga menunjukkan keserasian.
  Tujuannya ialah agar kalimat itu benar-benar efektif.
  Menurut bentuk retoriknya, kalimat dapat digolong-kan menjadi kalimat yang berbangun induk-anak, kalimat yang berbangun anak-induk, dan kalimat yang berimbang.
D.   Kesalahan dalam Berbahasa
1.      MISTEK (SALAH)
Mistek terjadi ketika seseorang dapat mempergunakan kaidah atau norma yang benar tetapi membuat .
Contoh:
 ”Rasanya panas. Kalau malam tidur di kamar, harus pakai kipas terus,”
Analisis : Kalimat rasanya panas untuk menggambarkan situasi udara yang panas adalah kurang tepat atau dapat dikatakan adanya kekurangtepatan penggunaan ungkapan terhadap situasi tersebut. Maka dari itu kalimat tesebut masuk dalam mistake. Seharusnya ungkapan tersebut meggunakan ungkapan ” Udaranya panas” agar lebih tepat.
2.      SELIP
Selip terjadi ketika seseorang kurang konsentrasi, rendahnya daya ingat atau sebab-sebab lain.
Contoh:
• ” Menjual barang tidak bisa memaksa orang membeli,” ujar Fauzi Aziz
Analisis : Selip bahasa terjadi pada kalimat tersebut. Selip terjadi karena kekurangtepatan kalimat yang digunakan yaitu kata yang diucapkan kurang. Seharusnya kata tersebut mendapat tambahan satu kata lagi agar tidak termasuk dalam selip bahasa. Kata yang dimaksud adalah kata untuk. Akan menjadi tidak selip ketika diucapkan ” Menjual barang tidak bisa memaksa orang untuk membeli,”...
3.      KALIMAT RANCU
Kalimat rancu adalah kalimat yang struktur atau bagiannya ada yang rancu atau tidak sesuai penempatannya.
Contoh:
·         “Pemerintah pun mulai menggaungkan dukungan kepada industri kreatif”
Analis: penggunaan kata menggaungkan disini kurang tetap, dapat diganti dengan menyampaikan atau menyerukan.
4.      KALIMAT AMBIGU
            Kallimat ambigu adalah kalimat yang mempunyai arti atau makna lebih dari satu. Biasanya kata ambigu harus dilihat situasi dan kondisi, karena apabila tidak, kalimat ini akan menimbulkan kesalahan bagi pendengar maupun pembaca.
Contoh:
·         Menurut kabar burung nenek sakit.
           Kalimat tersebut mengandung dua makna kata. Yaitu:
§  Menurut kabar burung/ nenek sakit.
§  Menurut kabar/ burung nenek sakit.
Berikut ini adalah kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering kita temui dalam sehari-hari, yakni:
1.      Sebelum dan sesudahnya
Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terimakasih
·         Kalimat tersebut tidak jeas maksudnya, sebelum dan sesudah apa ?
·         Yang betul mestinya : terlebih dahulu saya sampaikan terima kasih.
·         Atau : sebelumnya saya sampaikan terima kasih.

2.      Atas perhatiannya
·         Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih
·         Menurut maksudnya, kalimat tersebut ditunjukan kepada seseorang yang kita ajak bicara.
·         Karena itu yang betul mestinya : Atas perhatiannya Saudara, saya ucapkan terimakasih

3.      Menyingkat waktu
·         Untuk menyingkat waktu, marilah kita muli acara ini
·         Waktu tidak dapat dipersingkat, karena itu kalimat tersebut salah. Yang betul : Untuk menghemat waktu, marilah kita mulai acara ini.

4.      Penghormatan
                        Atas kerawuhan Bapak – bapak, saya haturkan terimakasih
·         Maksudnya pembuat kalimat tersebut untuk menghormat lawan bicara. Tetapi tidak didasarinya, bahwa kalimat dibuatnya tersebut bukanlah kalimat bahasa indonesia. Salah satu sifat bahasa indonesia ialah demokratis, karenanya tidak dikenal kata – kata khusus untuk golongan – golongan tertentu seperti bahasa Jawa. Sudah cukup hormat dan betul, jika dikatakan : atas kedatangan Bapak – bapak saya ucapkan terimakasih. Beberapa kata hormat dari bahasa Jawa yang sering dipakai orangb antara lain : kondur, dahar, jumeneng, tindak, dan tapak asma. Kata kata tersebut harusnya kita ganti : pulang, makan, berdiri, pergi, dan tanda tangan.
5.      Dan lain sebagainya
·         Kami menerima pesan mencetakan kartu nama, surat undangan, ijazah dan lain sebagainya.
·         Kata dan lain sebagainya merupakan bentuk rancu dari kata dan sebagainya, dan lain. Karena itu dalam suatu kalimat cukup dipakai sekali saja.
6.      Bentuk Jamak
Banyak orang yang belum memahami kata yang seharusnya sudah bersifat banyak lalu dibuat bentuk jamak.
·         Para hadirin
·         Seharusnya tidak perlu ditambah para, karena kata hadirin sendiri meupakan bentuk jamak.
7.      Saling
Kata saling sudah menunjuk pengertian dialkukan oleh dua belah pihak.
·         Saling tolong-menolong, seharusnya cukup ditulis saling menolong
8.      Bersama ini
·         Dalam menulis surat sering kita lihat penggunaan kalimat: Bersama surat ini .......
·         Kata bersama surat ini mengandung pengertian harus ada yang membarengi, contohnya uang Rp. 500.000.
9.      Datang ke
·         Harap segera datang ke Semarang
·         Kata yang paling dekat dengan kata datang adalah di. Apabila telah menggunakan ke maka tidak usah menggunakan datang.
·         Kalimat yang benar adalah “Harap segera ke Semarang”
10.  Menunggu-menanti
·         Sementara ia berpakaian, saya menunggunya di luar.
·         Kata menunggu pada kalimat tersebut kurang tepat. Kata menunggu digunakan ketika seseorang menunggu orang yang ada didekatnya.
·         Kalimat yang benar adalah “Sementara ia berpakaian, saya menantinya di luar”
11.  Dipersilahkan
·         Tamu dipersilahkan duduk.
·         Dipersilahkan seharusnya diubah menjadi dipersilakan
E.     Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

Pengguanaan bahasa yang baik dan benar banyak mempunyai manfaat baik dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa manfaat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1. Menghargai Bahasa Persatuan
Sebagai warga yang baik dan patuh terhadap aturan-aturan Negara. Sudah sewajarnya kita menggunakan bahasa yang baik dan benar, yakni bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan Indonesia. Apabila kita masih menggunakan bahasa yang rancu, itu menandakan bahwa kita tidak menghargai bahasa persatuan.

2. Meminimalisir Kekeliruan dan Kesalahpahaman
Bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia cenderung menimbulkan kekeliruan di kalangan pembaca maupun pendengar. Seperti kalimat ambigu, adaptasi, dan penggunaan-penggunaan kalimat lain yang rancu.

3. Menumbuhkan Sifat Kreatif
Orang yang pandai menggunakan bahasa yang sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia akan sangat mudah mengekspresikan kemampuan kreatifnya. Sebagai contoh, seorang penulis yang ahli biasanya mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar.

4. Meninggikan Derajat
Tinggi atau rendahnya seseorang di mata sosial sering kali dinilai dari kebahasaannya. Bisa dibedakan ketika seorang pejabat yang paham berbahasa, tentu akan lebih dihormati dan dicintai. Beda dengan seorang tukang parkir yang terkadang ceroboh dalam berbahasa, tentu dipandang lebih rendah.

5. Pembiasaan Menyusun Suatu Karya Ilmiah
Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan benar, ia tidak akan mendapat kesulitan ketika harus menyusun sebuah karya ilmiah. Karena suatu karya ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah ketatabahasaan Indonesia.



BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas didalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk  berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Dalam berbahasa sering dijumpai kesalahan-kesalahan yang tanpa disadari ternyata keluar jalur kebahasaan. Hal itu disebabkan kurang pemahaman terhadap kaidah-kaidah ketatabahasaan Indonesia.
Maka dari itu perlunya pemahaman berbahasa yang baik dan benar, serta mengetahui manfaat dari berbahasa yang baik dan benar, yaitu:
2.      Menghargai bahasa persatuan
3.      Meminimalisir kekeliruan dan kesalahpahaman
4.      Menumbuhkan sifat kreatif
5.      Meninggikan derajat
6.      Pembiasaan menyusun suatu karya ilmiah
B.     Saran
Setelah dipaparkan mengenai kebahasaan serta kesalahan-kesalahan umum yang sering kita temui dan manfaat menggunakan bahasa yang baik dan benar. Penyusun mengharapkan adanya perubahan ke depan. Sehingga mampu meminimalisir penggunaan bahasa yang jauh dari kaidah ketatabahasaan Indonesia.



· DAFTAR PUSTAKA

       Dardjowidjodjo, Soenjono. 1995. “Masalah dalam Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing di Indonesia”.
·         Kongres Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing , 28-30 Agustus 1995 di Universitas Indonesia, Jakarta.
Pranowo. 1996.
·         Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.