SEARCH

Translate

02/07/13

Pengantar Geografi Regional

Oleh
Drs. Asep Mulyadi, M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

SEJARAH PERKEMBANGAN GEOGRAFI REGIONAL

1. Munculnya Geografi Regional


Dualisme paradigma geografi masih tetap berlangsung. Fisis determinis, posibelis dan probabilis dalam geografi masih berlaku. Karena memang dominasi alam atau manusiakah di suatu tempat , sangat relatif. Pada tempat tertentu alam masih mendominasi kehidupan manusia, dan di tempat lain manusia sudah mampu memodifikasi alam melalui teknologinya. Pada batas-batas tertentu pula, dimana ada gejala alam yang belum dapat dikuasai oleh teknologi manusia. Sehingga dominasi keduanya jadi sangat relatif tergantung pada ruang dan waktu.
Dualisme lain yang muncul dalam geografi adalah masalah metode yang diterapkan dalam geografi fisikal dan manusia. Ada para ahli yang masih membuat batas yang jelas antara ruang lingkup geografi fisikal dan manusia. Mereka beranggapan bahwa metode induktif untuk memperoleh kesimpulan umum dalam geografi fisikal tidak cocok diterapkan dalam geografi manusia. Generalisasi dalam kelompok manusia dibatasi oleh ruang dan waktu serta bersifat sangat dinamis. Probabilitas atau kebolehjadian adalah suatu kemungkinan besar dalam menelaah manusia daripada suatu kepastian. Dalam geografi fisikal, unsur kepastian mungkin dapat berlaku dalam setiap fenomena. Karena sifatnya yang relatif tepat bila dibandingkan dengan manusia. Para ahli geografi mutahir , banyak yang berpendapat bahwa problem solving yaitu orientasi utama pada pemecahan masalah merupakan cara yang terbaik, di mana didalamnya tidak lagi memilahkan antara aspek fisikal dengan manusia. Bernard Varenius (1622-1650) yang bukunya berjudul Geographia Generalis dipublikasikan di Amsterdam pada tahun 1650 merupakan ahli pertama yang mengusulkan perbedaan mendasar dari sifat geografi manusia dan geografi fisikal.

Geographia Generalis terdiri dari 3 bagian :

  1. agian yang absolut atau terrestial, yang menggambarkan bentuk dan luas dari bumi, geografi fisik dan benua, lautan dan atmosfer;
  2. bagian yang relatif atau kosmik yang menyelusuri tentang hubungan antara bumi dengan benda langit, terutama matahari yang berpengaruh kepada iklim dunia;
  3. bagian komparatif yang membahas tentang lokasi dari tempat-tempat yang berbeda dalam hubungannya satu sama lain dari prinsip-prinsip navigasi.
Varenius mengemukakan tenang geografi spesial, yaitu yang mendeskripsikan
tempat-tempat tertentu yang didasarkan atas :


  1. kondisi celestial yaitu iklim dan zone iklim;
  2. kondisi terestial dengan deskripsi tentang relief, vegetasi dan fauna;
  3. kondisi manusai termasuk perdagangannya, pemukiman dan bentuk pemerintahan dari setiap negara.
Ada 2 kontribusi utama dari Varenius berkenaan dengan perkembangan geografi, salah satunya adalah membagi geografi atas geografi generalis dan geografi spesialis, atau geografi sistematis dan geografi regional. Geografia Generalis membahas bumi sebagai unit-unit fisikal yang ditelusuri melalui dalil-dalil ilmu alamiah. Geografi spesialis terutama mendeskripsikan negara-negara dam region-region dunia yang sulit ditentukan menurut dalil atau teori alam. Preston James (1972) menunjukkan bahwa bagian dari general (sistematik) dan spesial (region) dari Varenius saling melengkapi satu sama lain, dan Varenius melihat bahwa geografi spesialis dan general merupakan saling tergantung satu sama lain. Sejak saat itulah istilah geografi regional banyak dipergunakan oleh para ahli dalam mendeskripsikan keadaan alam dan kehidupan manusia di suatu
tempat.

2. Faham Geografi Regional di Perancis

Paul Vidal de La Blache (1848-1919) dianggap sebagai peletak geografi modern Perancis. Ia melihat kelemahan faham fisis determinis lingkungan karena adanya faktor yang dominan yaitu lingkungan alam terhadap faktor manusia.
Ia berpendapat kurang cocoknya menangani hubungan ini melalui jalur sistematik untuk mendapatkan dalil tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Menurut Vidal de la Blache, tidaklah masuk akal menarik garis pemisah antara gejala alam dan gejala budaya, keduanya harus dianggap satu unit yang tidak dipisahkan.
Di suatu wilayah pemukiman, alam berubah dengan jelas karena keberadaan manusia dan perubahan makin besar jika budaya material masyarakatnya tinggi.
Kehidupan binatang dan tumbuhan liar berubah di segala penjuru dunia. Misalnya di Perancis binatang dan tumbuhan liar yang ada sekarang jauh berbeda dari beberapa
abad yang lalu, sebagai akibat semakin berkembangnya aktivitas manusia.
Semakin tidak mungkin mempelajari landscape alami terpisah dari landscape budaya. Setiap masyarakat akan menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan dengan caranya sendiri. Berbekal pengalaman dan kemampuan belajar, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan alam. Modifikasi alam merupakan cerminan perkembangan manusia selama berabad-abad. Setiap masyarakat sekecil apapun anggotanya memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dan tidak bisa ditemukan di tempat lain, bahkan di tempat-tempat yang kondisi alamnya sama seringkali adaptasi mereka berbeda. Sehingga hubungan itu begitu erat sehingga sulit dipisahkan pengaruh alam terhadap manusia, dan pengaruh manusia terhadap alam. Keduanya saling melebur (bercampur).
Dalam wilayah yang terjadi jalinan erat antara manusia dan alamnya yang berlangsung selama berabad-abad membentuk sebuah region. Studi region demikian merupakan tugas geografi, karenanya Vidal menyarankan bahwa geografi regional
merupakan inti dari bidang studi geografi.
Di atas telah dijelaskan bahwa Vidal de la Blache adalah pendiri geografi regional, ia pula memberikan petunjuk tentang metode yang dipergunakan dalam studi regional. Walaupun petunjuk dan saran ini banyak yang diabaikan oleh ahli geografi Inggris. Di Jerman dan Perancis sampai sekarang, geografi regional dianggap sebagai inti geografi, kontribusi geografi terhadap pengembangan wilayah sangat besar.

3. Faham Geografi Regional di Jerman

Dalam aliran Jerman sudah lama ada kebiasaan untuk mengklasifikasikan dan
mensistematisasikan metode dan pendekatan geografi. Seperti yang dilakukan oleh
Fochler-Haube dalam bukunya Geographie (1959) meninjau kembali beberapa
pendekatan geografi regional.
Land dan landscaft dalam Bahasa Jerman diterjemahkan menjadi region, tetapi
land adalah unit yang pasti batas administrasinya. Seperti daerah atau negara yang
didefinisikan oleh batas-batas administrasi yang pasti dan jelas. Landerkunde adalah cara untuk mendeskripsikan unit yang pasti itu, misalnya yang dibuat oleh Demangeon dalam
bukunya Picardie menjelaskan tentang monografi regional. Landscape dalam Bahasa
Inggris memiliki pengertian bentang alam.
Sebuah landscaft dapat berupa unit spesifik atau bentuk sebuah wilayah.
Landscaftkunde menelaah wilayah unik yang terbatas. Menurut Hamuberg,
landscaftkunde harus masuk kedalam cabang ilmu geografi sistematik (geografi yang
bersifat topikal seperti geografi penduduk, geografi tanah, geografi perkotaan, geografi
pedesaan, dan sebagainya), sedangkan landerkunde termasuk geografi regional.
Berdasarkan hal tersebut, Fochler-Hauke mengemukakan 5 pendekatan dari
landscaftkunde yaitu : landscape morphology, landscape ecology, landscape chronology,
regionalisme dan landscape classification (systematisation). Landscape morphology,
landscape ecology dan landscape chronology memiliki 3 pendekatan yang berbeda dalam
studi region.
Menurut Fochler-Hauke, geografi regional Perancis sama dengan landscape
chronology yang menelaah perkembangan region dari masa ke masa, katagori yang yang
sama adalah tipe geografi regional yang berkembang pada masa antara 2 perang dunia
yang dikemukakan oleh Dirvent Whittlesay sebagai sequent accupance yaitu yang
menelaah tentang setiap budaya masyarakat dalam memanfaatkan region dengan caranya
sendiri. Pendapat ini berlandaskan pada kenyataan, adanya perubahan besar pada regionregion
yang asalnya dihuni orang Indian, kemudian diambil alih orang Eropa yang
budayanya sudah tinggi. Di Benua Eropa sendiri terjadi perubahan besar dari lahan yang
dominasinya pertanian menjadi industri. Sequent accupance menekankan tahap-tahap
perkembangan dari pemanfaatan alam dalam suatu wilayah. Studi ini dilakukan berbeda
dengan Vidal de la Blache yang hanya mendiferensiasi wilayah secara lokal sebagai
akibat hubungan timbal balik antara manusia dan alamnya yang terus menerus dan tidak
berubah selama berabad-abad. Jadi sequent accupance memiliki arti betapa mudahnya
sifat-sifat regional berubah.
Konsep landscape ecology menggantikan pendekatan fungsional dari geografi
regional. Pendekatan fungsional timbul untuk mempelajari hubungan timbal balik antara
daerah pusat (center place) dengan hinterlandnya. Tema ini berkembang menjadi region
fungsional atau region pusat (centred region). Landscape ecology juga menelaah tentang hubungan timbal balik yang terjadi di dalam sebuah region, seperti transportasi misalnya.
Jadi pendekatan fungsional tidak membatasi telaahnya kepada centred region, walaupun
tetap merupakan tema yang penting dalam geografi pada masa sekarang. Landscape
ecology juga mempelajari hubungan timbal balik diantara faktor-faktor dalam ekosistem
apakah itu didominasi oleh manusia atau oleh alam.
Landscape morfology adalah bentuk geografi regional yang khusus berkembang
di Jerman di antara PD I dan PD II. Otto Schluter lah yang sangat berperan dalam
perkembangannya. Menurutnya, geografer harus menentukan bentuk dan gejala
keruangan yang disebabkan gejala yang tampak, dapat dilihat di permukaan bumi dan
menjadi sentral. Semua sifat manusia yang non material (keadaan sosial, ekonomi, rasial,
psikologi dan politik) dikecualikan dalam studinya. Sebaliknya, Jean Brunhes
mengatakan bahwa dalam analisis landscape terdapat sifat-sifat yang saling pengaruh
mempengaruhi antara gejala-gejala yang dapat dilihat dengan yang tak dapat dilihat (non
material) itu. Landscape yang tampak itu dapat hasil dari kekuatanalam ataupun
manifestasi dari karya manusia.

4. Faham Geografi Regional di Inggris

Di Inggris studi regional memiliki 3 konotasi :
1. Studi regional yang mendeskripsikan segmen-segmen dari permukaan bumi, jadi
sama dengan landerkunde;
2. Ada studi regional yang berusaha membagi muka bumi menjadi bagian-bagian,
bagian yang mempunyai sifat seragam (homogenous) ataupun yang mempunyai
kaitan fungsional. Proses perwilayahan ini disebut regionalisasi;
3. Studi regional yang dapat diartikan sebagai spesialisasi regional yaitu jika seorang
geograf selama hidupnya hanya meneliti aspek-aspek yang berbeda saja dari beberapa
bagian bumi.
Studi regional di Inggris banyak dipengaruhi oleh Vidal de la Blache.

5. Kedudukan Geografi Regional Masa Kini

Geografi sering disebut sebagai “parent of all sciences” karena termasuk ilmu
yang paling tua, termasuk di dalamnya adalah geografi regional sebagai integrasi dari
ilmu geografi sistematis. 
Seperti telah dibahas di bagian depan, bahwa ada beberapa ahli geografi yang
memilahkan geografi sistematis dengan geografi regional sebagai dua cabang ilmu
geografi. Sekarang geografi lebih banyak mempergunakan pendekatan terpadu yang
mengintegrasikan geografi fisikal, geografi manusia dan geografi teknik. Konsep
keruangan dari region merupakan dasar pemersatu cabang ilmu geografi, dan regional
merupakan integrasi dari cabang-cabang ilmu geografi di lapangan.
FAKTA TEORI LOGIC
Geografi regional Geografi sistematik
- Geografi fisik
- Geografi ekonomi
- Geografi penduduk
- Geografi politik
- Geografi sosial
- Geografi budaya dan sebagainya

Memvisualkan data
- Kartografi
- Chart
- Gambar
- Bagan
- Kalimat
- Foto udara dan sebagainya
Gambar 4 : Bagan interaksi antara fakta, teori dan logic dalam geografi.
Morvell menjelaskan tentang perkembangan teori-teori, dan prinsip-prinsip dari
interaksi manusia dengan lingkungan, serta organisasi keruangan yang menimbulkan
pengelompokan besar dari proses alam dan proses manusia. Semua itu banyak dibahas
dalam geografi topikal atau sistematis. Contoh, seorang geograf politik (political
geography) akan mempelajari konsep-konsep dan prinsip politik-spatial yang terdapat di
seluruh dunia. Untuk dapat mengelompokannya dalam bentuk region-region, ia harus
mempelajari batas-batas geografis seperti kondisi alamnya, evolusi batas negara,
perkembangan budaya, dan kehidupan penduduknya. Berarti ia mempergunakan teoriteori
yang ada dalam geografi sistematis untuk mendapatkan data yang menyeluruh,
berarti ia sudah mempergunakan survei regional.
Terdapat pertalian yang erat antara geografi regional dan geografi sistematik, atau
dapat dikatakan bahwa geografi regional adalah integrasi dari teori-teori yang
dikembangkan dalam geografi sistematik. Untuk lebih jelasnya mengenai kaitan antara
geografi regional dengan geografi sistematik dalam suatu wilayah tertentu dapat dilihat
pada Gambar 5.
Model yang paling memadai dikembangkan oleh Nevin Fenneman (1919). Ia
melihat geografi regional sebagai tema pemersatu yang terletak di pusat dan
mengintegrasikan berbagai sub bidang studi geografi sistematik yang berada melingkari
geografi regional yang juga sub geografi sistematik ini bersentuhan dengan disiplin ilmu
lainnya, seperti geografi politik dengan ilmu politik, geografi ekonomi dengan ilmu
ekonomi, geografi penduduk dengan demografi dan sebagainya.