“KEBAHASAAN DAN KESALAHAN UMUM DALAM BERBAHASA”
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas dari MKDU B. Indonesia
Disusun oleh:
2.
Febriani
Tami (1206568)
3.
Feisal
Ramadhan (1205512)
4.
Lia
Nuraeni (1200369)
5.
Lies
Wahyuni (1202444)
Jurusan
Pendidikan Geografi
Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, dan atas
rahmat taufik dan hidayah-Nya kami telah menyelesaikan penyusunan makalah yang
judul “Kebahasaan dan kesalahan-kesalahan Berbahasa”. Yang merupakan tugas mata kuliah B. Indonesia
FPIPS jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia.
Atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, kami menyampaikan
ucapan terima kasih khususnya kepada ibu selaku dosen mata kuliah Universitas
Pendidikan Indonesia yang telah banyak memberikan bimbingan kepada kami dan
umumnya kepada seluruh handai taulan yang telah banyak membantu
terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak, demi
perbaikan dalam penyusunan-penyusunan kami di masa yang akan datang.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................................... i
DAFTAR ISI
................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang .................................................................................. 1
B.
Tujuan
Penulisan Masalah ................................................................ 1
C.
Sistematika
Penulisan ....................................................................... 1
D.
Manfaat
Penulisan Makalah .............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bahasa ............................................................................. 3
B.
Ragam
Bahasa .................................................................................. 3
C.
Kebahasaan
....................................................................................... 4
D.
Kesalahan
dalam Berbahasa ............................................................. 11
E.
Manfaat
Menggunakan Bahasa Indonesia ....................................... 15
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
...................................................................................... 17
B.
Saran
............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Berbahasa merupakan kebutuhan manusia, sebagai media untuk
berkomunikasi. Namun, dalam berbahasa banyak kesalahan-kesalahan yang tanpa
disadari keluar dari kaidah-kaidah bahasa Indonesia itu sendiri. Kesalahan tersebut
timbul dari kekeliruan, lalu tumbuh menjadi kebiasaan.
Kurangnya pemahaman terhadap tata bahasa yang sebenarnya juga
menjadi penyebab utama timbulnya kesalahan penggunaan bahasa. Selain itu,
percampuran bahasa ibu juga mempengaruhi kebahasaan. Seseorang yang mempunyai
dua bahasa cenderung mencampur adukan bahasa ibunya dengan bahasa Indonesia,
hal ini disebut interferensi. Sehingga mengacaukan bahasa Indonesia. Maka dari
itu hindari interferensi bahasa dalam berbahasa karena melihat dampaknya yang begitu
besar bagi bahasa Indonesia.
B.
Tujuan penulisan makalah
a.
Untuk
memberi pemahaman tentang kebahasaan.
b.
Meminimalisir
kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa.
C.
Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Sistematika
Penulisan
Manfaat
BAB II
Pembahasan
BAB III Penutup
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka
D.
Manfaat Penulisan Makalah
a.
Mengetahui
apa itu kebahasaan
b.
Mengetahui
macam ragam bahasa
c.
Mengetahui
kesalahan-kesalahan umum dalam berbahasa
d.
Meminimalisir
kesalahan dalam berbahasa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bahasa indonesia
sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran
sebagai penyampai informasi. Kebenaran bahasa akan berpengaruh terhadap
kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk
pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dengan hal ini
berbahasa yang baik dan benar. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Secara sederhana,
bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas
didalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat
untuk berkomunikasi, dalam arti alat
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi
sosiolinguistik bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah
sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola
secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi,
setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.
B.
Ragam Bahasa
Ragam
bahasa terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1.
Berdasarkan
suasana
a.
Bahasa
resmi, yaitu bahasa yang digunakan ketika acara-acara yang bersifat formal.
b.
Bahasa
tidak resmi, yaitu bahasa yang digunakan dalam acara santai.
2.
Berdasarkan
Penggunaan
a.
Bahasa
baik dan benar, yaitu bahasa yang baik penggunaaannya dan sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
3.
Berdasarkan
bidang penggunaan
a.
Bahasa
ilmiah, yaitu bahasa yang digunakan dalam bidang keilmuan.
b.
Bahasa
non ilmiah, yaitu bahasa yang digunakan di luar bidang keilmuan.
4.
Berdasarkan
kebakuan
a.
Bahasa
baku, yaitu bahasa yang susunan kalimatnya sesuai dengan kaidah-kaidah dan
ketatabahasaan Indonesia.
b.
Bahasa
tidak baku, yaitu bahasa yang susunan kalimatnya tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah dan ketatabahasaan Indonesia.
C.
Kebahasaan
1.
Penghurufan
Maksud dari penghurufan disini, lebih kepada jenis huruf apa yang
digunakan oleh bahasa Indonesia. Sama halnya dengan bahasa-bahasa lain yang
mempunyai jenis huruf atau tulisan bahasanya. Bahasa Indonesia ditulis dalam
huruf latin.
a.
Huruf
Romawi
Berdiri tegak
sebagai tulisan tangan dan tercetak. Hampir dapat digunakan dalam segala
keperluan.
b.
Huruf
Miring
Huruf miring
biasanya disebut sebagai huruf italic. Tulisan miring ini biasanya digunakan
ketika menulis surat lamaran pekerjaan. Tulisan miring lebih dinilai dari segi
kesopanan.
c.
Huruf
Kapital
Hururf kapital
berdiri tegak dan biasanya digunakan untuk menulis judul. Namun, kegunaan huruf
kapital selalu dapat dipergunakan dalam berbagai keperluan.
d.
Huruf
Tebal
Huruf tebal
yaitu huruf yang dibuat lebih pekat dari huruf lainnya. Kegunaan dari huruf
tebal itu sendiri adalah untuk penulisan judul atau tajuk.
e.
Huruf
Yunani
Huruf yunani
digunakan dalam menulis Karya Ilmiah. Misalnya dalam matematika, lambang
astronomi, istilah kimia atau kedokteran dan lain sebagainya.
2.
Pengejaan Kata
- Bahasa Indonesia telah memiliki kaidah penulisan
(ejaan) yang telah dibakukan.
- Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
- Aturan EYD berlaku pula dalam penulisan hal-hal
yang bersifat formal, termasuk dalam hal penulisan artikel ilmiah.
- Kecermatan dan kerapian pengejaan dapat menjadi
penanda kecendikaan penulis.
- Penggunaan huruf, meliputi: huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan.
- Penggunaan huruf kapital dan huruf miring.
- Penulisan kata, meliputi: kata dasar, kata
turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata sandang, partikel, singkatan
dan akronim
- Penulisan angka dan lambang bilangan
- Penulisan unsur serapan
- Pemakaian tanda baca, mencakup: tanda titik,
koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda elipsis, tanda tanya,
tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik
tunggal, garis miring, tanda penyingkat (apostrof)
3.
Pemenggalan Kata
1.
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan
sebagai berikut.
a.
Jika di tengah kata ada vokal yang
berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
ma-in, sa-at, bu-at. Sementara huruf diftong ai, au,dan oi tidak pernah
diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misal: au-la bukan a-u-la.
Dalam majalah DERAP GURU ini ada satu kata yaitu daerah. Tertulis
daer-ah. Jika mengacu pada pedoman di atas maka yang benar ialah da-e-rah. Ini
sesuai dengan yang ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,
2005).
b.
Jika di tengah kata ada guruf
konsonan termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua huruf vokal,
pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misal: ba-pak, su-lit, la-wan,
de-ngan.
Dari data, ada beberapa kesalahan
berdasarkan ketentuan ini. Contoh:
den-gan——–> de-ngan pal-ing——–>pa-ling
dap-at———-> da-pat matem-atika—>ma-te-ma-ti-ka
kual-itas——-> ku-a-li-tas sedik-it———>se-di-kit
Melihat banyaknya pemenggalan yang salah tersebut, perlu pembenahan,
mengingat kesalahan tersebut ternyata diulang beberapa kali. Contohnya pada
kata dengan, masing dan paling. Ketiga kata tersebut diulang lebih dari lima
kali.
c.
Jika di tengah kata ada dua huruf
konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan
itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misal: man-di, bang-sa,
ap-ril.
Dalam penelitian ini ditemukan
beberapa kata yang pemenggalannya salah. Contohnya:
pro-gram———>prog-ram
pent-ing————>pen-ting
Melihat ketentuan ini, mungkinkah kata dengan, pangan, sangat yang
dipenggal menjadi den-gan, pan-gan, san-gat di DERAP GURU mengacu pada
ketentuan ini? Bisa juga ya. Tetapi setelah penulis telusuri di kamus dan
contoh serta ketentuan di EYD, maka kata-kata tersebut pemenggalannya mengikuti
ketentuan 1b karena ng yang bergandengan tidak dianggap sebagai konsonan
yang dapat dipenggal tetapi sebagai gabungan huruf konsonan yang tidak pernah
diceraikan. (lihat 1c).
d.
Jika di tengah kata ada tiga buah
huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan yang kedua. Misal: bang-krut, ben-trok. Dalam penyimakan, tidak
ditemukan kesalahan dalam pemenggalan kata dengan ketentuan 1d ini.
2.
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan,
termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya
ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misal: makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu.
Mengacu pada ketentuan 2, tentang imbuhan bisa dibagi menjadi dua
yaitu awalan dan akhiran.
a.
Untuk awalan ada beberapa kesalahan di Majalah
DERAP GURU, contohnya:
be-rasal———–>ber-asal
men-gajar———>meng-ajar
pen-ganggur——>peng-anggur
dim-ulai———–>di-mulai
Berdasarkan contoh kesalahan tersebut, bisa dimengerti bahwa kesalahan terbesar
pemenggalan kata terjadi pada kata yang berimbuhan terutama awalan (lihat tabel
2)
b.
Untuk akhiran, ada ketentuan bahwa
akhiran bisa dipenggal kecuali akhiran -i.
tahu-nan————->tahun-an
sambu-tan———–>sambut-an
uku-rannya————->ukur-annya
Contoh pemenggalan kata berakhiran -i.
Mengiku-ti————->meng-i-kuti
melebi-hi—————>me-le-bihi
Akan tetapi, pemenggalan kata dengan satu huruf vokal tidak berlaku pada
sublema yang berawalan atau berakhiran. Contohnya, berurusan menjadi
ber-u-rus-an. Begitu juga dengan kata yang mengandung satu bunyi vokal ditengah
seperti puisi bisa dipenggal pu-i-si.
c.
Pada kata yang berimbuhan sisipan,
pemenggalan kata dilakukan sebagai bagian dari kata dan tidak diperhitungkan
sebagai satu kesatuan. Contoh: ge-me-tar, te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi.
Dalam kasus ini, hanya ada satu kata yang mendapatkan sisipan
yaitu kata kinerja yang kata dasarnya kerja. Penulis mencoba mencarinya di
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2005, akan tetapi tidak ditemukan sublema
tersebut. Ternyata ditemukan kesalahan pemenggalan kata tersebut berdasarkan
ketentuan di Pedoman EYD tersebut, yaitu kin-erja———> ki-ner-ja.
3.
Pemenggalan kata-kata tertentu yang
berasal dari bahasa Arab yang mengandung ain atau hamzah yang didahului oleh
konsonan seperti Alquran, bidah, jumat dan mutah dipenggal sebagai berikut:
Al-qur-an, bid-ah, jum-at, mut-ah.(KBBI, 2005:xxvi). Jadi berbeda dengan
ketentuan di atas yang terdapat dalam Pedoman EYD.
4.
Tanda Baca
Titik
|
.
|
Tanda
tanya
|
?
|
Atau
|
/
|
Koma
|
,
|
Titik
dua
|
:
|
Tanda
kurung
|
()
|
Tanda
kutip
|
“
|
Tanda
penghubung
|
-
|
Tanda
seru
|
!
|
5.
Pemilihan Kata (diksi)
Pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai seorang pembi-cara atau
penulis
Fungsi kata melambangkan gagasan, baik
pelambangan yang bersifat
denotatif, konotatif, maupun figuratif
Dalam sifatnya yang denotatif, hubungan antara kata dan hal yang dirujuk
bersifat langsung dan satu berbanding satu.
Dalam sifatnya yang konotatif, hubungan antara makna dan acuan berkenaan
dengan nilai rasa.
Dalam sifatnya yang figuratif, suatu kata dipakai untuk melambangkan
acuan lain. Pemakaian kata seperti itu disebut bahasa bermajas (figurative
language).
Adanya potensi konotatif yang terkandung dalam kata-kata tertentu
menyebabkan seorang penulis tidak dapat menggunakan kata secara serampangan
dalam berbagai situasi.
Dalam kaitan inilah pentingnya
pilihan kata.
Apalagi terdapat pula sejumlah
kata yang pemakaian-nya ditentukan oleh struktur kalimat, sehingga pem-bicara
atau penulis juga tidak dapat memilih secara asal-asalan.
Pilihan kata pada hakikatnya merupakan salah satu unsur kebahasaan yang
membentuk gaya, di samping struktur kalimat
Tulisan yang baik juga memerlukan pilihan kata yang cermat dan tepat.
Suatu
Suatu pilihan kata dinyatakan tepat apabila kata itu mengungkapkan
maksud penulis dengan secermat-cermatnya.
Pilihan tersebut menunjukkan jangkauan makna dengan batas-batas yang
jelas, sehingga kegandaan tafsir terhadapnya dapat dihindari.
6.
Penataan Kalimat
Hakikat kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan yang dinyatakan
melalui susunan subjek dan predikat secara logis.
Tata kalimat merupakan seperangkat kaidah yang mendeskripsikan pemakaian
kalimat.
Dalam sebuah tulisan (karangan), kalimat merupakan satuan yang terkecil.
Secara umum, fungsi kalimat untuk menjelaskan pikiran dan perasaan
penulis.
Jenis kalimat dapat dibeda-bedakan atau digolongkan berdasarkan fungsi,
struktur tata bahasa, dan bentuk retoriknya.
Dalam bahasa Indonesia terdapat enam pola dasar kalimat.
Pola-pola ini harus dikuasai oleh penulis agar tulisannya terpelihara,
terutama sekali dalam kaitannya dengan pengembangan gagasan
(1) KB1 + KB2 (Ani + guru)
(2) KB + KS (Ani + cantik)
(3) KB + KK (Ani + mengajar)
(4) KB1 + KK + KB2 (Ani + menulis + puisi)
(5) KB1 + KK + KB2 + KB3 (Ani + membelikan
+ saya + celana)
(6) KB1 + KD + KB2 (Ani + (di, ke, dari) +
kelas)
Menurut fungsinya, terdapat dua jenis kalimat yang sering dipakai dalam
menulis karangan, yakni kalimat deklaratif dan kalimat interogatif.
Kalimat deklaratif memiliki frekuensi pemakaian tertinggi dalam karangan
ilmiah.
Kalimat deklaratif “menyatakan”
sesuatu dengan lengkap pada waktu penulis menyampaikan informasi kepada sidang
pembaca.
Kalimat interogatif dalam suatu karangan ilmiah biasanya dipakai untuk
merumuskan permasalahan yang akan dibahas.
Kalimat yang secara gramatikal sudah baik belum tentu memuaskan jika
dipertimbangkan dari sudut retorik.
Untuk itu, unsur kalimat harus dikendalikan dan dikelompokkan; kata-kata
harus dipilih secara tepat dan ditata, sehingga menunjukkan keserasian.
Tujuannya ialah agar kalimat itu benar-benar efektif.
Menurut bentuk retoriknya, kalimat dapat digolong-kan menjadi kalimat
yang berbangun induk-anak, kalimat yang berbangun anak-induk, dan kalimat yang
berimbang.
D.
Kesalahan dalam Berbahasa
1.
MISTEK (SALAH)
Mistek terjadi ketika seseorang dapat mempergunakan kaidah atau norma yang
benar tetapi membuat .
Contoh:
• ”Rasanya panas. Kalau malam
tidur di kamar, harus pakai kipas terus,”
Analisis : Kalimat rasanya panas untuk menggambarkan situasi udara yang
panas adalah kurang tepat atau dapat dikatakan adanya kekurangtepatan
penggunaan ungkapan terhadap situasi tersebut. Maka dari itu kalimat tesebut
masuk dalam mistake. Seharusnya ungkapan tersebut meggunakan ungkapan ”
Udaranya panas” agar lebih tepat.
2.
SELIP
Selip terjadi ketika seseorang kurang konsentrasi,
rendahnya daya ingat atau sebab-sebab lain.
Contoh:
• ” Menjual barang tidak bisa memaksa orang membeli,” ujar Fauzi Aziz
Analisis : Selip bahasa terjadi pada kalimat tersebut. Selip terjadi karena
kekurangtepatan kalimat yang digunakan yaitu kata yang diucapkan kurang.
Seharusnya kata tersebut mendapat tambahan satu kata lagi agar tidak termasuk
dalam selip bahasa. Kata yang dimaksud adalah kata untuk. Akan menjadi tidak
selip ketika diucapkan ” Menjual barang tidak bisa memaksa orang untuk
membeli,”...
3.
KALIMAT RANCU
Kalimat rancu adalah kalimat yang struktur atau
bagiannya ada yang rancu atau tidak sesuai penempatannya.
Contoh:
·
“Pemerintah pun mulai menggaungkan dukungan kepada
industri kreatif”
Analis: penggunaan kata menggaungkan disini kurang
tetap, dapat diganti dengan menyampaikan atau menyerukan.
4.
KALIMAT AMBIGU
Kallimat
ambigu adalah kalimat yang mempunyai arti atau makna lebih dari satu. Biasanya
kata ambigu harus dilihat situasi dan kondisi, karena apabila tidak, kalimat
ini akan menimbulkan kesalahan bagi pendengar maupun pembaca.
Contoh:
·
Menurut kabar burung nenek sakit.
Kalimat
tersebut mengandung dua makna kata. Yaitu:
§ Menurut kabar burung/ nenek sakit.
§
Menurut kabar/ burung nenek sakit.
Berikut ini adalah kesalahan-kesalahan berbahasa yang
sering kita temui dalam sehari-hari, yakni:
1.
Sebelum dan sesudahnya
Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terimakasih
·
Kalimat tersebut tidak jeas maksudnya, sebelum dan sesudah apa ?
·
Yang betul mestinya : terlebih dahulu saya sampaikan terima kasih.
·
Atau : sebelumnya saya sampaikan terima kasih.
2.
Atas perhatiannya
·
Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih
·
Menurut maksudnya, kalimat tersebut ditunjukan kepada seseorang
yang kita ajak bicara.
·
Karena itu yang betul mestinya : Atas perhatiannya Saudara, saya
ucapkan terimakasih
3.
Menyingkat waktu
·
Untuk menyingkat waktu, marilah kita muli acara ini
·
Waktu tidak dapat dipersingkat, karena itu kalimat tersebut salah.
Yang betul : Untuk menghemat waktu, marilah kita mulai acara ini.
4. Penghormatan
Atas kerawuhan Bapak – bapak, saya haturkan
terimakasih
·
Maksudnya pembuat kalimat tersebut untuk
menghormat lawan bicara. Tetapi tidak didasarinya, bahwa kalimat dibuatnya
tersebut bukanlah kalimat bahasa indonesia. Salah satu sifat bahasa indonesia
ialah demokratis, karenanya tidak dikenal kata – kata khusus untuk golongan –
golongan tertentu seperti bahasa Jawa. Sudah cukup hormat dan betul, jika
dikatakan : atas kedatangan Bapak – bapak saya ucapkan terimakasih. Beberapa
kata hormat dari bahasa Jawa yang sering dipakai orangb antara lain : kondur,
dahar, jumeneng, tindak, dan tapak asma. Kata kata tersebut harusnya kita ganti
: pulang, makan, berdiri, pergi, dan tanda tangan.
5. Dan lain sebagainya
·
Kami menerima pesan mencetakan kartu
nama, surat undangan, ijazah dan lain sebagainya.
·
Kata dan lain sebagainya merupakan
bentuk rancu dari kata dan sebagainya, dan lain. Karena itu dalam suatu kalimat
cukup dipakai sekali saja.
6. Bentuk Jamak
Banyak orang yang belum memahami kata yang seharusnya sudah bersifat
banyak lalu dibuat bentuk jamak.
·
Para hadirin
·
Seharusnya tidak perlu ditambah para, karena kata hadirin sendiri
meupakan bentuk jamak.
7. Saling
Kata saling sudah menunjuk pengertian dialkukan oleh dua belah pihak.
·
Saling tolong-menolong, seharusnya cukup ditulis saling menolong
8. Bersama ini
·
Dalam menulis surat sering kita lihat penggunaan kalimat: Bersama surat
ini .......
·
Kata bersama surat ini mengandung pengertian harus ada yang membarengi,
contohnya uang Rp. 500.000.
9. Datang ke
·
Harap segera datang ke Semarang
·
Kata yang paling dekat dengan kata datang adalah di. Apabila telah
menggunakan ke maka tidak usah menggunakan datang.
·
Kalimat yang benar adalah “Harap segera ke Semarang”
10. Menunggu-menanti
·
Sementara ia berpakaian, saya menunggunya di luar.
·
Kata menunggu pada kalimat tersebut kurang tepat. Kata menunggu digunakan
ketika seseorang menunggu orang yang ada didekatnya.
·
Kalimat yang benar adalah “Sementara ia berpakaian, saya menantinya di
luar”
11. Dipersilahkan
·
Tamu dipersilahkan duduk.
·
Dipersilahkan seharusnya diubah menjadi dipersilakan
E.
Manfaat
Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Pengguanaan
bahasa yang baik dan benar banyak mempunyai manfaat baik dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut beberapa manfaat menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
1. Menghargai Bahasa Persatuan
Sebagai warga
yang baik dan patuh terhadap aturan-aturan Negara. Sudah sewajarnya kita
menggunakan bahasa yang baik dan benar, yakni bahasa yang sesuai dengan
kaidah-kaidah ketatabahasaan Indonesia. Apabila kita masih menggunakan bahasa
yang rancu, itu menandakan bahwa kita tidak menghargai bahasa persatuan.
2. Meminimalisir Kekeliruan dan Kesalahpahaman
Bahasa yang
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia cenderung menimbulkan
kekeliruan di kalangan pembaca maupun pendengar. Seperti kalimat ambigu,
adaptasi, dan penggunaan-penggunaan kalimat lain yang rancu.
3. Menumbuhkan Sifat Kreatif
Orang yang
pandai menggunakan bahasa yang sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia akan
sangat mudah mengekspresikan kemampuan kreatifnya. Sebagai contoh, seorang
penulis yang ahli biasanya mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar.
4. Meninggikan Derajat
Tinggi
atau rendahnya seseorang di mata sosial sering kali dinilai dari kebahasaannya.
Bisa dibedakan ketika seorang pejabat yang paham berbahasa, tentu akan lebih
dihormati dan dicintai. Beda dengan seorang tukang parkir yang terkadang
ceroboh dalam berbahasa, tentu dipandang lebih rendah.
5. Pembiasaan Menyusun Suatu Karya Ilmiah
Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan
benar, ia tidak akan mendapat kesulitan ketika harus menyusun sebuah karya
ilmiah. Karena suatu karya ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar,
yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah ketatabahasaan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas didalam hati. Namun, lebih jauh bahasa
adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan,
konsep atau perasaan.
Dalam berbahasa sering dijumpai kesalahan-kesalahan yang tanpa
disadari ternyata keluar jalur kebahasaan. Hal itu disebabkan kurang pemahaman
terhadap kaidah-kaidah ketatabahasaan Indonesia.
Maka dari itu perlunya pemahaman berbahasa yang baik dan benar,
serta mengetahui manfaat dari berbahasa yang baik dan benar, yaitu:
2.
Menghargai
bahasa persatuan
3.
Meminimalisir
kekeliruan dan kesalahpahaman
4.
Menumbuhkan
sifat kreatif
5.
Meninggikan
derajat
6.
Pembiasaan
menyusun suatu karya ilmiah
B.
Saran
Setelah dipaparkan mengenai kebahasaan serta kesalahan-kesalahan
umum yang sering kita temui dan manfaat menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Penyusun mengharapkan adanya perubahan ke depan. Sehingga mampu meminimalisir
penggunaan bahasa yang jauh dari kaidah ketatabahasaan Indonesia.
· DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjodjo, Soenjono. 1995. “Masalah dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Asing di Indonesia”.
·
Kongres Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing , 28-30 Agustus 1995 di Universitas Indonesia, Jakarta.
Pranowo. 1996.
·
Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung :
Penerbit Angkasa.