Hari/tanggal Pelaksanaan :
Minggu, 11 November 2012
Tempat Pelaksanaan :
Di perkebunan Wortel dan Kentang, di Kampung wadasputih, desa Parikesit, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Narasumber :
Bapak NASRODIN (Pemilik Perkebunan)
Pewawancara :
1. EKO KUNTARA (1200685)
2. BIMA AJI TANTULAR (1205390)
Tema
Wawancara : Kegiatan
Keseharian Masyarakat di sekitar Desa Dieng
Tujuan Wawancara :
“Mengetahui Kehidupan Masyarakat
Daerah pegunungan dari segala aspek”.
Memenuhi
tugas praktikum sosiologi
Hasil Wawancara :
Dieng wonosobo – jawa tengah
Dieng adalah sebuah kawasan dataran
tinggi perbatasan antara kabupaten Banjarnegara dan wonosobo. Kawasan ini
terletak sekitar 26 km di sebelah Utara ibukota Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian mencapai 2.093 m diatas permukaan laut. Suhu di daerah ini memang
sangat dingin karena pada musim kemarau. Suhu pada siang hari bisa mencapai 24 OC,
kemudian suhu pada malam hari itu bisa mencapai -1 – 14 0C.
Saya dan rekan saya mewawancarai
seorang penduduk desa parangkesit, Dukuh wadas putih yang bernama pak Nasrodin
(63 tahun), beliau bekerja sebagai seorang petani wortel dan kentang. Wortel
dan Kentang merupakan tanaman yang banyak di tanami di daerah ini. Adapun
tanaman lain yang di tanam di daerah tersebut yaitu kubis, tomat, lombok dan
sakeri (sayuran), karena tanaman tersebut sangat cocok di tanam di daerah
dataran tinggi seperti di desa dieng ini.
Daerah
dieng banyak ditanami jenis tanaman diantaranya, yaitu : wortel, kentang,
kubis, tomat, lombok dan sakeri (sayuran) karena tanaman tersebut lebih cocok ditanami
didaerah dataran tinggi, waktu proses penanaman sampai dengan pemanenannya itu
sekitar 3,5 s/d 4 bulan tergantung jenis sayurannya, hasil pertanian/perkebunan
sayuran ini diekspor ke kota jakarta dan surabaya.
Dalam
sehari bekerja dari jam 07.00 s/d 12.00 tergantung cuaca, dan juga bisa sampai
1 hari full kerja, kebetulan perkebunan ini milik sendiri tetapi jika menyewa
pekerja satu harinya pekerja di bayar Rp. 50.000 itu bersih tanpa diberi makan,
sedangkan kalau di kasih makan itu dibayar setengahnya atau Rp. 20.000, kotor.
Pada daerah dieng, masih terdapat
gotong royong dalam masyarakat, tetapi jarang beraktivitas seperti itu.
Mayoritas penduduk bermata pencaharian petani.
Tetapi dalam proses sosialisasi antar tetangga masih kurang, seperti ada
satu tetengga yang mengadakan selamatan, hanya keluarga individu tersebut yang
bekerja, tidak ada ikut serta tetangga lain atau saling membantu anatara satu
sama lain.
Bapak yang mempunyai 2 orang anank
ini juga mengatakan bahwa mayoitas agama warga desa parangkesit beragama islam
NU, adapun
satu atau dua orang warga yang bukan islam NU namun mereka bukanlah warga asli
daerah tersebut. Mereka merupakan pindahan dari daerah lain di luar pulau Jawa.
Di
daerah dieng juga ada fenomena rambut gimbal, jika memotongnya tentu harus ada
ritual tertentu seperti harus menuruti permintaan anak rambut gimbal. Kegiatan
ini berlangsung turun temurun sejak dulu sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar