Sejarah
Kars
merupakan fenomena alam yang sangat menarik, yaitu berupa bentang alam
yang berkembang pada batuan yang mudah larut oleh air, seperti batuan
karbonat atau batugamping. Proses karsitifikasi pada batuan tersebut
terjadi selama ribuan hingga jutaan tahun dan sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor. Tatanan geologi dan sistem tata air merupakan pengendali utama proses karsitifikasi, baik di permukaan maupun dibawah permukaan tanah.
Bentang Alam Kars
Indonesia
memiliki kawasan kars yang sangat luas, yaitu mencapai lebih dari 15,4
juta hektar. Kawasan kars Indonesia umumnya mengandung keanekaragaman
hayati dan non-hayati yang mempunyai nilai-nilai keindahan, keunikan,
ilmiah, ekonomi, budaya, sejarah, dan kemanusiaan sehingga menarik minat
nasional dan dunia internasional.
Di Indonesia perhatian terhadap kawasan kars telah berlangsung sejak lama, namun perhatiannya terasa lebih menonjol
sejak dilaksanakannya Lokakarya Nasional Pengelolaan Kawasan Kars, pada
tanggal 4-5 Agustus 2004, di Kabupaten Wonogiri yang diprakarsai oleh
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan pada acara tersebut muncul
gagasan tentang perlunya Indonesia untuk memiliki museum kars.
Pada tanggal 6 Desember
2004 di Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Presiden
Republik Indonesia telah menetapkan Kawasan Kars Gunung Sewu dan Gombong
Selatan sebagai Kawasan “Eco Karst”. Selanjutnya pada akhir 2005
Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Intruksi Presiden Nomor 16
tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata, diantaranya
mengintruksikan kepada Menteri ESDM untuk mengembangkan kawasan kars
sebagai daya tarik wisata. Berdasarkan hal terebut di atas Departemen
ESDM cq Badan Geologi bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah membuat kesepakatan
bersama yang pada prinsipnya bersepakat untuk secara bersama-sama
mewujudkan terbangunnya Museum Kars Indonesia.
Penandatangan
Kesepakatan Bersama pembangunan museum ini dilakukan di Wisma
Perdamaian, Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 22 Februari 2008 antara
Kepala Badan Geologi, DESDM, Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Wonogiri,
disaksikan oleh Menteri ESDM sebagai wujud kebersamaan dalam Pembangunan
Museum Kars, dengan tujuan untuk pelestarian dan konservasi kawasan
kars, meningkatkan apresiasi masyarakat mengenai kawasan kars,
meningkatkan potensi wisata geologi, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat.
Pembangunan Museum Kars Indonesia dilaksanakan di Desa Gerbangharjo, Kecamatan Pracimantoro,
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah sebagai salah satu perwujudan sarana
penyebarluasan informasi tentang kawasan kars di Indonesia dan dunia
yang mempunyai fungsi sebagai sarana ilmu pengetahuan, pendidikan,
wisata, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat. Peletakan batu permata
dilakukan oleh Bapak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Gubernur
Jawa Tengah yang diwakili oleh Kepala Biro Bina Produksi dan Bupati
Wonogiri serta Kepala Badan Geologi pada tanggal 2 Juli 2008.
Peresmian Gedung Museum kars telah dilakukan pada tanggal 30 Juni 2009, penanda
tanganan prasasti di lakukan di Kota Sragen bersamaan dengan peresmian
Technopark Kabupaten Sragen oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak DR.
Susilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan sarana pendukung yang berupa jalan masuk, gardu penjagaan,
masjid serta sarana kios di belakang gedung museum diresmikan pada
tanggal 18 Desember 2009 oleh Gubernur Jawa Tengah, Bapak Bibit Waluyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar